Antara Aku dan Masa Lalumu
Hari
ini pertama kalinya aku mengenakan seragam SMA dan aku resmi menjadi siswa baru
di salah satu SMA favorit di Surabaya. Di sekolah, aku mencari – cari sosok
Kema, dia adalah orang pertama yang aku kenal di sekolah ini, dan kebetulan
kita sekelas. Kesan pertama aku bertemu dengannya, dia orang yang gampang
beradaptasi, baik, dan perhatian. Dari pertama aku udah bisa tahu karakternya
hanya dengan cara menatap matanya. Sikap luarnya yang tomboy dan selalu tegar,
ternyata memiliki sifat yang gampang rapuh. Tapi, darisanalah aku tahu, aku dan
dia bisa menjadi teman yang saling mengisi.
“Hey Mel, udah lama ya? Ke kelas
yuk, keburu gak dapat tempat duduk yang strategis.”, kata Kema yang langsung
menarik tanganku.
Setibanya di kelas, untung aja masih
ada bangku yang strategis untuk kita berdua. Aku mulai beradaptasi sama teman –
teman sekelasku, maklum aku gak punya teman di Surabaya, karena aku baru pindah
ke kota ini dan tinggal bersama nenek. Tapi, Kema begitu banyak mengenal teman
– teman di kelas, karena seperempat teman di kelas adalah teman SMPnya. Kema
ngenalin aku ke teman – temannya, entah kenapa aku sangat merasa nyaman ada di
dekatnya. Kema juga ngasi tahu aku kalau ada seseorang yang dia benci di kelas
kita, namanya Angel. Angel itu gadis yang cantik cuma sayangnya dia orangnya
angkuh dan sombong.
Aku dan Kema selalu pergi bareng –
bareng, hingga akhirnya ada kakak kelas yang mulai mendekatiku, namanya Aldy, dia
adalah kakak sepupu Kema. Dia mulai mendekatiku, sesekali dia mengajakku makan
bareng di kantin. Itu yang menyebabkan aku dan Kema mulai jarang pergi berdua.
Suatu hari ketika di sekolah, aku
lihat Kema berantem sama Aldy, aku gak tahu apa sebabnya, tapi samar – samar
aku dengar Kema bilang, “Al, tolong jauhin Amel, kamu kenal aku, dan kamu tahu
percis aku ini kayak gimana. Tolong Al, kalau kamu masih peduli ama aku, tolong
kamu hargai permintaan aku dan jauhin Amel!”
“Ma, aku gak akan bisa jauhin dia.
Aku gak bisa relain perasaan aku lagi hanya untuk kamu. Kamu lihat kan kejadian
kamu ama Angel? Apa kamu mau kejadian yang sama akan terjadi pada kamu dan Amel?
Kamu gak mungkin merahasiakan semua ini, cepat atau lambat Amel akan tahu semua
tentang kamu.”, sambung Aldy.
“Tapi, ini kasusnya beda. Angel dan Amel
orang yang beda. Aku yakin Amel bisa terima aku apa adanya, gak seperti Angel.”
Aku tak mengerti apa yang mereka bicarakan, apa yang sebenarnya mereka
rahasiakan dariku. Dan ada apa dengan Angel dan Kema. Semuanya terasa
membingungkan, tapi aku tetap bertekad akan mencari tahu semuanya.
Malamnya, aku mengajak Aldy untuk
bertemu denganku di taman kota. Diam – diam aku mencari informasi tentang
rahasia yang mereka miliki. Aldy langsung berkata, “Mel, ada perlu apa? Tumben
kamu mau ketemu ma aku?
“Aku cuma lagi jenuh aja dirumah.
Tadi pagi, aku gak sengaja dengar pembicaraan kamu ama Kema. Kalau boleh tahu,
sebenarnya ada hubungan apa antara kamu, Kema, dan Angel? Ada yang kalian rahasiakan
dariku?”
“Bukan waktunya untuk kamu tahu
semuanya. Nanti kalau udah waktunya, aku akan kasih tahu kamu semuanya.”
Setelah mengatakan itu, Aldy diam dan tak mengatakan apa – apa lagi. Aku merasa
canggung dengan suasana ini, akhirnya aku bilang, “Kalau memang kamu gak mau
cerita sama aku sekarang, aku gak akan maksa. Tapi, aku bisa cari tahu semuanya
sendiri.” Aku langsung beranjak untuk pergi dan meninggalkan Aldy sendiri di
taman.
Keesokan harinya aku memutuskan
untuk menanyakan beberapa teman yang mengenal Kema. Tidak banyak yang aku
dapatkan dari mereka, tapi aku dapat informasi, kalau dulu dari kelas 1 sampai
kelas 2 SMP, Angel dan Kema sangat akrab. Seperti aku dan Kema sekarang ini.
Selain itu, dulu digosipkan juga kalau Aldy pernah dekat dengan Angel, tapi
kemudian mereka saling menjauh karena Kema. Semua informasi itu semakin
membuatku penasaran. Sasaran terakhir yang akan aku tanyai adalah Angel.
Mulanya dia bersikap agak sedikit kasar denganku. Tapi, aku langsung ke pokok
permasalahan, “Angel, ada hubungan apa antara kamu, Kema, dan Aldy? Kenapa Kema
sangat benci kamu?”
“Apakah aku harus menjawab
pertanyaan gak penting dari orang yang gak penting kayak kamu?”, kata Angel
dengan angkuh. Tapi aku gak putus asa, aku masih tetap mencoba menanyakan itu
pada Angel. Sayangnya Angel masih tetap gak mau ngomong.
Berhari – hari aku menghabiskan waktu
untuk mencari informasi tentang rahasia itu. Suatu hari, tanpa sengaja aku
menemukan kalung berukiran “KA” di gerbang sekolah. Pikiranku langsung terarah
ke Kema Angel. Aku menyimpan kalung itu dan terus berjalan menuju kelas. Dalam
perjalanan menuju kelas, aku selalu memikirkan masalah kalung itu. Apakah benar
kalung itu milik Kema. Kalau memang benar kenapa harus berinisial KA. Apa
maksud dari KA ini. Apa benar tebakanku KA adalah Kema Angel, atau mungkin Kema
Aldy, atau Kema Amel. Aku terlalu terlarut dalam pikiranku, sehingga aku tidak
sadar sudah menabrak orang yang berjalan di depanku. Aku dan orang itu jatuh,
orang itu berdiri dan memberiku bantuan untuk berdiri. “Mel, kamu mikirin apa?
Kok sampai nabrak?”, kata orang itu, yang ternyata Aldy.
“Aku gak mikirin apa – apa. Aku cuma
capek. Makasih bantuannya.”, kataku langsung meninggalkannya. Aldy hanya bisa
menatapku, tanpa bisa mengatakan apapun.
Setibanya di kelas, aku udah ngeliat
Kema yang kebingungan nyari sesuatu. “Ma, lagi apa sih? Pagi – pagi udah
kebingungan gitu? Ada yang hilang?”
“Oh, kamu udah datang, aku cuma
bingung nyari sesuatu aja.”, sambungnya masih kebingungan.
“Nyari apa sih? Siapa tahu aku bisa
bantu kamu. Ciri – cirinya gimana?”
“Bukan apa – apa kok. Udah gak usah
dibahas lagi, nanti juga bakal ketemu.”, kata Kema mengalihkan pembicaraan.
Sepanjang jam pelajaran, aku hanya
bisa melamun memikirkan kalung yang kutemukan. Semakin jauh aku melangkah, aku
semakin gak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang ini. Akhirnya bel tanda
pulang pun berbunyi, aku merayu Kema agar dia mengizinkanku main ke rumahnya.
Karena selama ini dia melarangku main kerumahnya, seperti ada sesuatu yang
dirahasiakan. Aku berfikir siapa tahu dengan mengunjungi rumahnya, aku bisa
mendapat informasi lebih banyak. Akhirnya, karena tidak tahan dengan rengekanku
dia mengizinkanku untuk kerumahnya. Rumahnya mewah dan besar, tapi sepi banget.
Sebelum aku diajak ke kamarnya, aku disuruh menunggu di ruang tamu dulu,
alasannya sih karena kamarnya berantakan. Setelah selesai merapikan kamarnya,
dia menyuruhku menunggu di kamarnya aja. Kamarnya itu benar – benar seperti
kamar cowok. Kema bilang, “Duduk aja dulu, aku mau mandi dulu biar lebih segar.
Setelah itu kita pergi jalan – jalan aja.” Aku hanya membalas dengan anggukan.
Sambil menunggu Kema mandi, aku berusaha mencari diary, atau semacamnya yang
bisa memberiku informasi. Aku menggeledah laci – lacinya, layaknya maling. Saat
itu aku menemukan foto Kema, Angel, dan Aldy sewaktu SMP. Mereka terlihat sangat
senang. Di baliknya, bertuliskan “Aku
menyayangimu selamanya.” Aku mengambil foto itu dan menyimpannya. Aku juga
mendapatkan catatan kecil yang bertuliskan, “Maafkan aku mencintaimu.” Catatan itu pun aku simpan dalam tasku.
Kema selesai mandi, dia benar – benar terlihat seperti laki – laki. Dia senyum
dan bilang, “Lama ya? Kamu gak cuci muka atau berias dulu? Kita pergi jalan –
jalan aja. Kan udah lama gak jalan bareng.”
“Oke deh, tapi ajak Aldy juga.
Please…”, rayuku dengan muka berharap.
“Iya, ntar aku telpon dia suruh
jemput kita berdua disini. Kamu bersih – bersih dulu sana.”, katanya sambil
mendorongku ke kamar mandi. Selesai mandi, Aldy dan Kema udah nunggu di ruang
tamu. Jarakku dengan mereka kurang lebih 2 meter, aku dengar pembicaraan mereka
berdua dan aku sembunyi di balik sofa ruang tamu untuk nguping pembicaraan
mereka. Aldy bilang, “Sekarang udah berani ngajak Amel kerumahmu, apa kamu gak
takut rahasiamu terbongkar?”
“Tenang Al, semua udah aku beresin
sebelum dia masuk kamarku. Semuanya udah aku sembunyiin di tempat aman. Eh
ngomong – ngomong lama banget sih Amel berias. Aku lihat di kamar dulu ya.”
“Gak usah Ma, dia berias gitu kan
mau ketemu cowok ganteng kayak aku.”, kata Aldy dengan PeDe. Aku bergegas
keluar dari persembunyianku dan menghampiri mereka berdua. Akhirnya kita
bertiga jalan – jalan ke pantai. Kema ama Aldy memperlakukan aku layaknya putri
dan mereka yang jadi bodyguard. Aku
menilai Aldy dan Kema melalui tatapannya ke aku. Tatapan Aldy sangat terlihat
kalau dia menyayangiku dan berharap hubunganku dan dia lebih dari sekedar
teman. Inilah kelebihanku, bisa tahu gimana perasaan orang lain hanya dengan
cara menatap matanya. Melihat tatapan Aldy kayak gitu, aku ngerasa senang.
Karena itu berarti cintaku gak akan bertepung sebelah tangan. Tapi, seketika
perasaan senangku berubah menjadi bingung saat melihat tatapan Kema ke aku.
Tatapannya memiliki arti yang sama dengan tatapan Aldy ke aku. Aku ngerasa aneh
dengan tatapan itu. Akhirnya aku minta ke Aldy dan Kema untuk pulang dengan
alas an kurang enak badan. Mereka langsung setuju. Saat di mobil aku bilang,
“Al, anterin Kema pulang dulu, kan rumahnya lebih dekat. Setelah itu kamu antar
aku pulang.” Aldy hanya menjawab dengan anggukan. Aldy mengantar Kema pulang,
saat dia turun, dia bilang, “Al, jagain Amel ya. Antar dia sampai tujuan dengan
selamat. Mel, sampai rumah, langsung istirahat ya.” Aku dan Aldy hanya bilang,
“Oke…” Ketika menuju kerumahku, kita melewati taman kota dan aku bilang, “Mampir
dulu yuk?”
“Katanya kamu gak enak badan?”, kata
Aldy sambil merapatkan mobilnya ke pinggir.
“Kalau gak mau turun, aku aja yang
turun sendiri, nanti aku pulang sendiri.”, kataku sambil turun dari mobil. Aldy
langsung menyusulku dan menemaniku. Kita berdua duduk di bangku taman. Aku langsung
membuka pembicaraan, “Al, tahu pemilik kalung ini?” Aldy langsung terlihat
kaget dan menatapku dengan tatapan tak percaya. Tapi selanjutnya dia terlihat
lebih tenang dan bilang, “Aku gak tahu.”
“Jangan bohongin aku. Matamu gak
bisa bohong! Aku tahu kamu pasti tahu sesuatu tentang kalung ini. Kalau kamu
gak mau kasih tahu tentang kalung ini, apa kamu tahu apa maksud dari foto
ini?”, kataku sambil mengeluarkan foto Aldy, Kema, dan Angel yang begitu
bahagia.
“Dari mana kamu dapat foto dan
kalung itu?”
“Jangan alihkan pembicaraan, cukup
jawab pertanyaanku. Dan kenapa ada tulisan ini di belakangnya? Dan kenapa pula
ada catatan seperti ini? Apa maksud dari semuanya?”, kataku sambil
memperlihatkan semua benda yang mencuri pikiranku hari ini.
“Mel, dengarin dulu! Kamu gak perlu
tahu tentang semua ini, ini hanya masa lalu. Gak ada apa – apa.”, kata Aldy
sambil membelai rambutku. Aku menatap matanya dan aku lihat ada kebohongan dan
kekhawatiran dalam matanya. Seketika aku berontak dan bilang, “Kamu bohong!
Kenapa kamu harus merahasiakan semuanya? Kalau emang ini hanya masa lalu,
kenapa kamu harus sembunyiin dari aku? Kenapa kamu gak jujur? Apa kamu tahu
gimana perasaanku? Semenjak aku dengar pembicaraan antara kamu dan Kema di
sekolah, aku selalu kepikiran tentang pembicaraan kalian. Aku yakin semua ada
hubungannya denganku.”
“Gak ada apa – apa Mel, itu hanya
masa lalu. Percaya ama aku. Sekarang kamu lupain dulu semua masalah yang membebani
pikiranmu.”, kata Aldy yang mulai menarikku ke dalam pelukannya. Aku
menenangkan diriku dalam pelukannya. Setelah aku tenang, aku bilang, “Tolong
jangan tinggalin aku. Aku takut kalau kamu pergi ninggalin aku cuma karena masa
lalu itu.”
“Aku janji gak akan ninggalin kamu.
Jadi, jangan mikirin tentang masa lalu
itu ya. Aku janji akan kasih tahu kamu semuanya 2 minggu lagi. Jadi, tolong
jangan pikirkan hal yang ngebuat kamu sedih. Aku gak akan sanggup lihat kamu
sedih kayak gini.” Aldy memelukku lebih erat dan mencium keningku. “Jadilah
pacarku, aku janji gak akan ngecewain dan akan bahagiain kamu.” Sejenak aku
melepaskan pelukannya dan menatap matanya, dari matanya, aku melihat keseriusan
dan kebahagiaan. Aku kembali dalam pelukannya, dan mengatakan bahwa aku mau
jadi pacarnya. Sekian lama aku terlarut dalam pelukannya, akhirnya Aldy
memutuskan untuk mengantarkanku pulang. Hari ini aku begitu bahagia, meskipun
aku gak tahu rahasia apa yang dimiliki oleh Aldy, Angel, dan Kema, tapi aku
tetap bahagia. Karena aku dan Aldy udah jadian dan Aldy bilang akan memberi
tahuku rahasia tentang masa lalunya itu. Dan aku yakin dia gak akan bohongin
aku lagi.
Keesokan harinya aku bertemu dengan
Kema, “Ma, tahu gak aku udah jadian ama Aldy. Makasih ya dah kenalin aku ama
dia.” Kema menatapku dengan tatapan bingung dan sedih, “Selamat deh kalo gitu”
kemudian kema pergi ninggalin aku.
Sepanjang jam sekolah, aku berusaha mengajaknya berbicara, tapi Kema
hanya menjawab secukupnya dan gak seperti biasanya. Aku jelas aneh dan sedih
melihat sikapnya yang 180 derajat berubah. Saat aku ingin menemui Aldy untuk
pulang bareng, aku mendengar pembicaraan Aldy dan Kema, “Kenapa secepat ini?
Kenapa kamu gak kasih aku kesempatan untuk lebih lama dengan Amel, kenapa kamu
ngerebut Amel dari aku?”, kata Kema dengan sedih.
“Cepat atau lambat Amel akan tahu,
dan aku akan kasih tahu tentang masa lalu itu.”
“Al, aku mohon. Jangan kasih tahu
dia. Aku takut dia jijik dan gak mau temanan ama aku. Aku gak mau dia tahu kekuranganku.”
“Terus apa kamu tega ngeliat dia
sedih terus mikirin semua rahasiamu itu? Dia yakin rahasia itu berhubungan ama
dia. Kamu gak tahu sesedih apa dia kemarin. Aku akan kasih tahu dia sekarang
juga.”
“Jangan…”, kata Kema dengan sedih.
Aldy meninggalkan Kema dan mencariku, dia kaget melihatku ada dalam jarak beberapa
meter dari mereka. “Kema kenapa? Kalau emang rahasia yang itu gak pantas untuk aku
tahu, aku gak akan mengungkitnya lagi.” Aldy hanya diam dan mengajakku duduk di
taman sekolah. Dia bilang, “Aku rasa udah saatnya kamu tahu. Tapi, apa
sebelumnya kamu mau janji kalau kamu gak akan jijik sama Kema?”
“Kenapa aku harus jijik? Kema orang
yang baik dan sangat berarti dalam hidupku, kalaupun dia membuat kesalahan
bukan berarti itu salah total kan?”
“Oke… Sebenarnya, dulu antara Kema,
aku, dan Angel sahabatan. Tapi, karena cinta semuanya hancur. Aku dulu suka ama
Angel, dan Angel juga suka ama Aku, tapi di sisi lain Kema mencintai Angel.
Kema punya sedikit perbedaan dengan gadis lain. Dia menyukai sesama jenisnya. Aku
sayang banget ama Kema, Aku ingin selalu jaga dia. Makanya aku pelan – pelan ninggalin
Angel tanpa alasan yang pasti, karena aku gak mau Angel tahu tentang keadaan
Kema. Kema saat itu sangat takut kehilangan Angel. Tapi ternyata, tanpa diduga
Angel akhirnya tahu kalau Kema mencintainya. Dia marah ama aku karena aku
dianggap sekongkol dengan Kema, dan dia sekarang sangat membenci dan jijik
dengan Kema. Sekarang, untuk kedua kalinya, aku dan Kema memperebutkan cewek
yang sama, yaitu kamu.”
Aku hanya terdiam, kepalaku tiba –
tiba pusing. Pengelihatanku gelap.
***
Aku tersadar dari bangunku, aku
mendapati diriku terbaring di tempat tidurku. Ingatanku kembali ke
pembicaraanku dengan Aldy. Aku masih tidak percaya apa yang aku dengar tentang
Kema. Ada rasa jijik yang menghampiriku, ada keinginan untuk menjauhinya. Tiba
– tiba terdengar suara pintu dibuka. Nenek masuk diikuti oleh Aldy. Aldy
menyapaku, “Gimana, udah mendingan?” Aku hanya tersenyum padanya. Nenek
melanjutkan, “Kamu gak apa – apa? Nenek bingung saat Nak Aldy membawamu pulang
dalam keadaan pinsan.”
“Aku gak apa – apa Nek, cuma
kecapekan aja.”
“Ya udah, Nenek tinggal dulu.”,
lanjut Nenek yang kemudian mengecup keningku. Aku beralih pada Aldy. “Aku benci
kamu dan Kema. Kalian emang saudara yang paling cocok. Pantas Angel membenci
kalian.”, kataku mencaci maki Aldy. Hening beberapa menit. “Ternyata aku salah
menilaimu. Kamu sama seperti Angel. Luar manis dalam busuk! Apa kamu kira Kema
menginginkan takdirnya untuk menyukai sesama jenis? Dulunya aku pikir kamu bisa
menerima Kema apa adanya, mengerti kekurangannya. Tapi ternyata, aku salah. Aku
salah menilai kamu. Kamu gak sebaik yang aku pikirkan. Mungkin emang cukup
sampai disini hubungan kita.”, ucap Aldy seraya pergi meninggalkanku.
Sepeninggal Aldy, aku menangis.
Hatiku terluka, sedih, merasa dihianati. Aku gak tahu harus bagaimana. Disisi
lain aku sangat ingin menjauhi Kema, tapi disisi lain aku tak rela untuk
meninggalkannya. Ingatanku kembali ke hari – hari dengannya. Kema menerimaku
apa adanya. Bukan salahnya jika dia penyuka sesama jenis. Bukan pula
keinginannya untuk itu.
Keesokan harinya, aku memutuskan
untuk membicarakan masalah ini pada Aldy dan Kema. “Aku ngerti sekarang. Aldy
udah bilang semua rahasia tentangmu.” Hening sesaat. “Aku rasa hanya orang
bodoh yang akan membenci kamu karena kekuranganmu. Tenanglah Kema, aku tak akan
meninggalkanmu hanya karena kekuranganmu. Toh juga kekurangan itu bukan
keinginanmu.”, kataku.
Aldy
menepuk pundakku dan berkata, “Ini baru Amel yang kukenal”
“Maaf
aku mencintaimu. Jadilah sahabatku dan calon kakak iparku.”, kata Kema sambil
memelukku. Kami bertiga tersenyum dalam haru. Aku berjanji akan menjaga tali
persahabatan ini. Apapun rintangannya. Karena aku sangat menyayangi mereka.